Diksi Sebagai Seni Bahasa

 

Diksi Sebagai Seni Bahasa






Resume   Pertemuan ke-       :18

Gelombang                          : 29

Tanggal                               : 4 Agustus 2023

Tema                                  : Diksi Sebagai Seni Bahasa

Narasumber                        : Maesaroh., M.Pd

Moderator                           : Widya Setianingsih, SAg

 

Setelah selesai pembagian raport semester  ganjil tahun 2023-2024 ,Resume KBMN  baru kembali  kubuka .Ibu  mentor sudah beberapa kali  menanyakan resumeku ,tetapi aku memang agak bandel juga .karena aku kadang - kadang  lebih  memilih menyalurkan hobbyku yang lain .

Pertemuan KBMN ke-18 dilaksanakan  jumat malam  tanggal 4 Agustus 2023 membahas materi tentang diksi. Nah aku baru terpikir sekarang tentunya ini ramai  untuk dibahas ,tapi  mohon maaf aku tidak bisa mengikutinya secara langsung.

Narasumbernya bernama Ibu Maesaroh, MPd yang merupakan guru di SMPN 1 Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten. Beliau juga sering dikenal dengan sebutan sang Blogger Millenial dengan motto hidupnya “Menulislah untuk hidup seribu tahun”.

Aku tidak bisa menceritakan bagaimana  serunya pertemuan malam itu ,karena chat yang  ada di Hand phoneku sudah terhapus sehingga aku harus ngintif resume peserta yang lain.

Tema  pertemuan malam itu adalah tentang Diksi dan Seni Bahasa. Pertanyaan awal dimulai dengan mengapa diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa? Alasannya karena banyak keindahan dari sebuah kata menjadi prosa yang melampaui bayu di udara. Diksi ibarat sebuah irama tanpa aroma, menjadi senyawa indah mempesona melengkapi rumpun kata dengan sejuta makna.

Diksi akar kata dari bahasa latin yaitu dictionem. Kemudian diserap dalam bahasa inggris menjadi diction kata kerja ini berarti pilihan kata. Maksudnya pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Diksi dalam Sejarah bahasa, Aristoteles seorang filsuf dan ilmuwan Yunani inilah memperkanalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam poetics (puisi). Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tetapi juga bagi sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre.

Sastrawan yang Bernama William Shakespeare yang juga piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romatisme dipadu tragedi. Sehingga diksinya relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

Tips jitu dalam menulis kalimat dengan diksi:

1.   Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan Indera peraba. Penggunaan Indera sangat cocok untuk menggambarkan secara detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yang dirasakan pada kulit. Aplikasi Indera peraba ini juga tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya atau tidak dengan menyentuhnya.

Contoh : Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi.

2.   Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan Indera penciuman hal ini membuat tulisan lebih beraroma. Tekhnik ini akan lebih dahsat jika dipadukan dengan Indera penglihatan.

Contoh   : Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan

3.   Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan Indera perasa. Penggunaan Indera perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yang tercecap di lidah.

Contoh :: Remah-remah kata terucap semanis caramel, arsenic bual manja layaknya cuka apel. Meski diam terbungkam tetap asam dan asin bak menelan Botulinum Toxin.

4.   Senses of Sight adalah menulis dengan melibatkan Indera penglihatan memiliki prinsi “show, don”t tell”. Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekedar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang Tengah diceritaka. Buat mereka seolah menontn dan membayangkannya. Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, dan kondisinya.

Contoh: Derit daun pintu mencekik udara di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu pernah kutinggali sebagai pijar luka yang menganga.

5.   Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Dengarlah, lalu tuliskan. Sebuah tulisan yang ditulis dengan Indera pendengaran akan terasa lebih berbunyi lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang bisanya tak terdengar menjadi terdengar.

Contoh: Aku padamu seperti angin yang berlalu begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa atas lara dari sajak jingga yang cedera.

 

Kelas ditutup dengan sebuah kalimat

“Did you know? A true writer is

Someone that never feeling down

Someone that never give up

Someone that always smile in a feeling blues

Someone that always created a good idea

 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Kaidah Pantun

Belajar Mengirim Tulisan ke Majalah Suara Guru

Teknik Menulis Resume